Perlawanan Rakyat di Berbagai Daerah Untuk
Mempertahankan Kemerdekaan
1. Pertempuran Surabaya
Tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Tanjung Perak,
Surabaya. Tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby. Kedatangan
tentara tersebut diikuti oleh NICA. Mula-mula tentara NICA melancarkan hasutan
sehingga menimbulkan kekacauan di Surabaya. Hal tersebut menimbulkan bentrokan
antara rakyat Surabaya dengan tentara Sekutu. Tanggal 28 Oktober hingga 31
Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat. Ketika terdesak, tentara Sekutu
mengusulkan perdamaian. Tentara Sekutu mendatangkan pemimpin-pemimpin Indonesia
untuk mengadakan gencatan senjata di Surabaya. Tentara Sekutu tidak menghormati
gencatan senjata. Dalam insiden antara rakyat Surabaya dan tentara Sekutu,
Brigjen Mallaby terbunuh. Letnan Jendral Christison Panglima Sekutu di Indonesia,
meminta kepada pemerintah Indonesia menyerahkan orang-orang yang dicurigai
membunuh Jendral Mallaby. Permintaan tersebut diikuti ultimatum dari Mayor
Jendral Mansergh. Isi ultimatum tersebut: Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya
menyerahkan senjatanya. Penyerahan paling lambat tanggal 9 November 1945 pukul
18.00 WIB. Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan
diserang dari darat, laut, dan udara. Gubernur Suryo, diberi wewenang oleh
pemerintah pusat untuk menentukan kebijaksanaannya. Beliau bermusyawarah dengan
pimpinan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan para pemimpin perjuangan rakyat di
Surabaya. Hasil musyawarah tersebut adalah rakyat Surabaya menolak ultimatum
dan siap melawan ancaman Sekutu. Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara
Sekutu menggempur Surabaya dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan
Gubernur Suryo dan Sutomo (Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan
sejengkal tanah pun kepada tentara Sekutu. Dengan pekik Allahu Akbar, Bung Tomo
membakar semangat rakyat. Dalam pertempuran yang berlangsung sampai awal
Desember itu gugur beribu-ribu pejuang Indonesia. Pemerintah menetapkan tanggal
10 November sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan untuk memperingati jasa para
pahlawan. Perlawanan rakyat Surabaya mencerminkan tekad perjuangan seluruh
rakyat Indonesia.
2. Pertempuran Lima Hari
di Semarang
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945. Kurang lebih 2000
pasukan Jepang berhadapan dengan TKR dan para pemuda. Peristiwa ini memakan
banyak korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi menjadi salah satu korban
sehingga namanya diabadikan menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota
Semarang sampai sekarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut maka pemerintah
membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.
3. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan
Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan
tentara Sekutu. Setelah itu menuju Magelang, karena Sekutu diboncengi oleh NICA
dan membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka terjadilah perlawanan
dari TKR dan para pemuda. Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa.
Dalam peristiwa tersebut Letkol Isdiman gugur sebagai kusuma bangsa. Kemudian
Kolonel Sudirman terjun langsung dalam pertempuran tersebut dan pada tanggal 15
Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul mundur Sekutu sampai Semarang.
Karena jasanya maka pada tanggal 18 Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat
menjadi Panglima Besar TKR dan berpangkat Jendral. Sampai sekarang setiap
tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infantri.
4. Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang diboncengi Belanda dan NICA
di bawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Medan. Pada tanggal 13
Oktober 1945 para pemuda yang tergabung dalam TKR terlibat bentrok dengan
pasukan Belanda, sehingga hal ini menjalar ke seluruh kota Medan. Hal ini
menjadi awal perjuangan bersenjata yang dikenal dengan Pertempuran Medan Area.
5. Bandung Lautan Api
Kota Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945. Sekutu
meminta hasil lucutan tentara Jepang oleh TKR diserahkan kepada Sekutu. Pada
tanggal 21 November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan.
Hal ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum tersebut
diulang tanggal 23 Maret 1946. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan supaya
TRI mengosongkan Bandung, tetapi pimpinan TRI di Yogyakarta mengintruksikan
supaya Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya dengan berat hati TRI mengosongkan
kota Bandung. Sebelum keluar Bandung pada tanggal 23 Maret 1946 para pejuang RI
menyerang markas Sekutu dan membumihanguskan Bandung bagian selatan. Untuk
mengenang peristiwa tersebut Ismail Marzuki mengabadikannya dalam sebuah lagu
yaitu Hallo-hallo bandung
No comments:
Post a Comment